SAMHC.ID – Dalam upayanya untuk meningkatkan sumber daya manusia dan menciptakan pengusaha serta profesional yang berintegritas, Heri Cahyono, atau yang akrab disapa Sam HC, telah menginisiasi program-program yang berfokus pada peningkatan keterampilan. Salah satu wujud nyata dari program tersebut adalah didirikannya Pesantren Wirausaha Kalasuba, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk melatih dan menciptakan pengusaha serta profesional yang mampu bersaing dalam dunia global.
Salah satu metode pembelajaran unggulan di Pesantren Kalasuba adalah dengan mendatangkan para mentor yang telah berpengalaman langsung di bidangnya masing-masing. Sebagai contoh, baru-baru ini, Sam HC mengundang Ashat Arifin dari CV. Arindo Makmur, seorang pengusaha sukses di bidang pertanian ubi, untuk memberikan pelatihan tentang menanam Ubi Jalar dalam karung.
Acara pelatihan ini diselenggarakan di area Pesantren Kalasuba di Kasembon, dan dihadiri oleh para santri serta beberapa warga sekitar. Ashat Arifin memulai sesi pelatihan dengan memperkenalkan diri dan menceritakan perjalanannya menjadi seorang pengusaha ubi. Motivasinya untuk membantu petani yang mengalami kesulitan dalam pemasaran produk ubi menjadi salah satu pendorong utama bagi Ashat Arifin.
Ashat Arifin sangat prihatin dengan kondisi para petani yang sering kali mengalami kesulitan dalam menjual hasil panen ubi mereka. Banyak di antara mereka yang merasa terjebak dalam rantai tengkulak, sehingga hasil panen mereka tidak mendapatkan nilai yang sepadan. Melihat kondisi tersebut, Ashat Arifin dan rekan-rekannya memutuskan untuk membantu para petani dengan menjembatani mereka dengan pabrik-pabrik yang membutuhkan ubi.
Tanam Ubi Dalam Karung
Para petani yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam pemasaran ubi, kini dapat menanam dengan luas 23 hektar dan menghasilkan hingga 25 ton setiap minggunya. Namun, sebelum mendapatkan bantuan dari Ashat Arifin, banyak dari mereka yang mengalami kesulitan dalam menjual hasil panen mereka, bahkan terpaksa membagikan ubi kepada tetangga karena tidak tahu akan dijual kemana.
Dalam sesi pelatihan, Ashat Arifin juga menjelaskan karakteristik ubi, termasuk kondisi ideal untuk menanam ubi serta cara perawatan dan penanggulangan hama. Salah satu metode yang dibahas adalah sistem pulung, di mana ubi ditanam dalam karung. Kelebihan dari sistem ini adalah kemampuannya untuk diterapkan di lahan yang terbatas.
Media tanam yang digunakan adalah campuran sekam bakar, kompos, tanah, dan pasir dengan perbandingan tertentu. Setiap karung berisi setek ubi dengan masa tumbuh sekitar 4 bulan. Ashat Arifin juga memberikan penjelasan menarik mengenai peran ubi dalam beberapa budaya suku di Indonesia, seperti dalam adat Jawa yang menganggap ubi sebagai tumbuhan saklar, serta munculnya istilah “polo pendem”.
Menurut pendiri Pesantren Wirausaha Kalasuba, Heri Cahyono, metode pembelajaran langsung seperti ini lebih efektif daripada sekadar teori belaka. Dengan melibatkan praktisi yang telah berpengalaman di lapangan, para peserta dapat memahami dan menerapkan pengetahuan dengan lebih baik.
Dengan adanya program-program seperti ini, diharapkan para peserta dapat mengembangkan keterampilan mereka secara maksimal dan menjadi agen perubahan yang berkontribusi dalam pembangunan ekonomi daerah. Inisiatif seperti yang dilakukan oleh Sam HC dan Pesantren Wirausaha Kalasuba merupakan langkah konkret dalam membangun sumber daya manusia yang unggul dan mampu bersaing di era globalisasi ini.